apa yang kita lakukan di kos?

berkumpul sembari bersenda gurau hingga suara jadi parau?

menikmati hidangan indomie kuah dengan potongan cabe rawit hijau?

berdua menikmati tiap sentuhan jemarimu yang menari di kulitku?

menikmati sensasi nikmat tiada tara kala jarimu mengusap dengan lembut, hingga berubah menjadi remasan dan senandung desah di tiap inchi tubuhku?

atau menangis pilu meratapi sampai kapan nasib buruk menimpaku?

percayalah, sayang. ketika aku mengingat bagaimana indahnya senyummu membuat kepalaku riuh dan jantungku berdegup. cantik, senyummu cantik sekali. meski tuhan tawarkan hal apa yang ingin aku lakukan untuk terakhir kali sebelum mati—percayalah aku akan memilihmu, sayang.

akan aku habiskan sisa hidupku untuk menjamah tiap bagian tubuhmu. aku bubuhi tiap sudut dengan kecupan sayang hingga membuatmu mabuk kepayang. akan aku pastikan tidak ada sepersekian centimeter yang luput dari kecupan serta sentuhan.

aku ingin melihatmu menggerakan pinggul ketika jari dan mulutku rasakan bagian bawahmu basah.

aku ingin mendengar lenguhan indah bak lantunan musik classical yang dibawakan oleh orkestra di acara pergelaran seni di singgasana.

ah, sayangnya aku hanya berandai-andai. semua yang aku utarakan hanya ada dalam angan.

faktanya aku sendiri, di kamar kosan berukuran 4x4 meter yang penuh dengan sampah dan debu. aku lupa kapan terakhir kali aku bereskan kamar kosanku.

jikalau tuhan memberiku kesempatan untuk bertemu denganmu pun aku enggan. terlalu malu perlihatkan aku yang sudah tidak merawat diri satu bulan belakangan ini.

sayang, aku yang tidak sempurna ini bolehkah punya kesempatan untuk memberimu cinta seluas samudera? menjamah tiap sudut tubuhmu yang indah bak porselen? atau aku akan selamanya terjebak dalam delusi mencintaimu dalam ilusi?