Di dalam diri manusia, ada banyak hal yang tidak pernah bisa kita pahami. Tentang perasaan dimana kita tidak pernah merasa cukup atas segala kepunyaan dan upaya. Adakalanya merasa tidak pantas mendapatkan hal baik dan memilih untuk mengambil jarak, meski tau diri kita tidak kuasa menahan rindu. Dan terkadang, kita mengesampingkan rasionalitas hanya karena memenuhi keinginan untuk pergi. Bukan karena mereka tidak pantas. Bukan karena mereka jahat, hanya saja kita takut hanya menjadi beban. Anehnya, perasaan itu terasa semu namun terlampau kuat.
Kosong, hampa. Perasaan yang seringkali kau rasakan itu bukannya menghilang, justru menghampirimu pada waktu yang tidak kau pernah duga.
Pernahkah kau ada di posisi ingin meninggalkan semua orang hanya karena kau merasa bahwa presensimu hanyalah beban?
Pernahkah kau merasa bahwa dunia terlalu baik kepadamu yang selalu berburuk sangka atas takdir Yang Maha Kuasa?
Pernahkah kau merasa segala upaya yang telah dikerahkan hingga membuatmu berjalan tertatih, terseok, hanyalah berakhir sia-sia? Dan kau, tidak pernah merasa puas atas setiap perubahan yang telah kau capai hingga detik ini.
“Bersyukur, hidupmu tidak sengsara. Tidak perlu merasa nestapa. Kamu punya rumah untuk beristirahat dari penatnya rutinitas, kamu tidak perlu mengantri di transportasi umum, punya ayah dan ibu yang sayang, tidak perlu merasakan sulitnya memenuhi kebutuhan pokok.”
Hingga detik ini aku seringkali bertanya kepada orang di sekitarku, menonton berbagai macam video social experience, bahkan aku membaca autobiografi dari banyak orang. “Sebetulnya apa sih arti bersyukur itu?”
Aku tahu, tanpa perlu diingatkan ratusan kali pun aku selalu berusaha untuk mensyukuri segala hal yang telah aku miliki.
Aku tanpa diminta pun selalu berusaha untuk bersyukur. Setiap saat aku merafalkan do'a baik kepada Tuhan. Aku mengagungkan-Nya, sujud syukur atas nikmat yang telah aku rasakan. Namun, selalu ada saat dimana aku kembali merasa kurang. Seperti ada bagian dalam diriku yang pergi entah kemana. Seperti terlalu banyak ruang dalam diriku yang aku biarkan kosong.