Listen before i go


Mark duduk termenung di dekat jembatan yang biasa ia lewati saat pulang kerja. Ia tidak bisa berpikir dengan jernih, sudah terlalu kalut dan memendam sedih yang berlarut. Ia sudah jengah dengan segala tuntutan yang ia terima, juga amarah yang selalu dilayangkan pada dirinya.

Mark Siwat Jumlongkul—tidak ada satu orang pun yang tidak tahu siapa dirinya. personanya yang memikat, serta eksistensinya diakui oleh berbagai kalangan membuatnya dikenal sebagai sosok yang sempurna. Berbagai predikat (dalam konteks yang baik) yang dilekatkan oleh setiap pasang mata justru membuatnya merasa kehilangan jati diri. Ia bersumpah demi apapun, di dunia ini ia hanya butuh satu saja orang yang tulus dan mampu menerima sisi gelapnya. bahkan dirinya berani mempertaruhkan segala jabatan dan predikat baiknya demi sosok yang mungkin saja bersedia merengkuhnya dengan hangat kala ia merasa kalut.

Mari flashback sedikit, pada pertengahan september dirinya tak sengaja menabrak seorang lelaki yang tengah kesusahan membawa tumpukkan buku di koridor perpustakaan kota. Tentu saja salahnya yang bukannya fokus, malah sibuk berkutat dengan handphone sambil berjalan.

“Ma-maaf saya tidak sengaja.” Mark bergegas membantu lelaki tersebut mengambil tumpukkan buku dan membereskannya.

“Tidak apa-apa, salah saya juga yang terlalu memaksakan diri membawa banyak buku sampai tidak melihat ke depan.” Ucap lelaki tersebut sembari tersenyum hangat.

Mark bersumpah, kala itu dirinya larut dalam binar mata lelaki itu. Ada perasaan asing dalam dirinya saat mata mereka bertemu dalam jarak waktu sekian detik. Senyumnya—bagaimana bisa ada manusia semanis dan sehangat ini?

“Gue udah gila”, Mark langsung menyadarkan dirinya untuk kembali ke realita. Setelah buku yang sempat jatuh dibereskan, keduanya bangkit berdiri.

“Sekali lagi saya minta maaf, ya.”

“Tidak apa-apa kak, saya juga berterima kasih karena kakak sudah membantu saya. Kalau begitu saya pamit pergi ya, kak.”

Setelah kejadian itu, frekuensi mereka bertemu semakin sering. Mark tidak tahu-menahu apakah semesta sedang berkonspirasi