malam itu, sepasang insan sedang merebahkan diri di taman sembari menyaksikan indahnya langit malam yang dihiasi bulan dan bintang—berbeda dengan lingkungan mereka sebelumnya yang sesak dan pengap.

keduanya menikmati waktu bersama dalam keheningan, tidak ada yang berinisiatif memulai percakapan hingga seokmin meletakan kepalanya di atas dada jeonghan. ia hirup aroma tubuh jeonghan favoritnya.

seokmin dan jeonghan memutuskan untuk tinggal bersama dan meninggalkan ibukota, memilih lingkungan pedesaan yang asri dan kurang polusi.

sebetulnya, ada hal lain yang menjadi alasan paling utama kepindahan mereka. suatu hal yang tampak sederhana, tetapi itu tujuan awal sejak mereka menjalin hubungan.

“tapi gimana kerjaan kamu han? kalo pindah ke desa kerjaan kamu ngga bakalan sebagus disini?”

“aku udah bilang ke kamu kan buat ngga khawatir sama urusan kerjaan aku? lagian aku punya cukup tabungan buat bangun klinik disana. abis bangun klinik juga aku masih mampu beliin kamu rubicon.”

mereka tidak tahu akan berujung sampai kapan pembahasan yang telah dimulai sejak pagi buta hingga menjelang petang. yang lebih tua tetap pada prinsip mutlaknya, sementara yang lebih muda terlalu banyak berpikir karena sayang sekali masa depan yang cerah milik jeonghan sebagai dokter muda itu mungkin saja akan redup jika ia dengan mudah mengiyakan tanpa pertimbangan yang matang.

“kamu tuh masih sempet bercanda... aku lagi serius...”

jeonghan terkekeh sambil mengacak surai hitam milik seokmin, “kamu tuh jarang-jarang serius kayak begini, biasanya dikit-dikit ngelawak. gemes liatnya.”

“nanti kalo udah tinggal bareng terus ternyata kamu malah jadi bangkrut terus miskin gimana?”

“hahaha kalo kita jatuh miskin tinggal pinjem duit ke papa.”

“cih, iya deh dasar orang kaya.” seokmin tidak habis pikir, kekasihnya itu tampak terlalu tenang ketimbang dirinya yang sudah pusing tujuh keliling.


keduanya saling menatap dalam, menyalurkan rasa cinta masing-masing lewat tatapan. pipi seokmin ditangkup dengan lembut, perlahan ibu jari jeonghan mengusap mata, kemudian turun ke pipi hingga bibir ranumnya. keduanya sama-sama tahu kemana arah percakapan ini.

jeonghan mengecup sudut mata milik seokmin, kemudian kecupannya perlahan turun ke

“rasa sayang aku ke kamu itu enggak bisa ditakar