si cantik yang pandai menyembunyikan kesedihannya.

manusia terlahir dengan berbagai keunikan. dengan beragam karakter dan latar belakang. jalan hidup yang tidak bisa disamakan satu dengan lainnya.

ada yang suka berbicara mengungkapkan rasa, ada juga yang memilih diam seribu bahasa. sebagai orang yang senantiasa meminjamkan telinga bagi mereka yang perlu tempat untuk bercerita, ada kalanya mereka memilih untuk memendam dan itu membuatku merasa kalau eksistensiku tidak cukup membuat mereka nyaman. “bukan salah kamu. mungkin ada hal yang tidak bisa diceritakan dan hanya perlu disimpan sendiri, bukan?” kalimat itu selalu aku tanamkan dalam pikiranku. menjadi sempurna, tidak ada satupun manusia yang bisa. bahkan sekelas idol saja punya celah.

kepalaku memang selalu berisik tanpa tahu tempat. terlebih lagi ketika sendiri di tempat yang nyaman, aku akan larut dengan puluhan pertanyaan yang terkadang tidak ada jawaban. ketika dunia terasa jauh lebih keras daripada biasanya, aku akan memilih untuk mengambil space dan menenangkan diri. dan tempat ternyaman sejauh ini adalah di atas rooftop yang penuh dengan kenangan.

untuk pertama kalinya aku berlari sembari menangis, fase hidup paling menyakitkan yang harus aku hadapi. putus asa, tidak ada seorangpun yang aku miliki di dunia ini. rasanya kosong. hampa. rumah yang semula merupakan satu-satunya tempat aman untuk mengistirahatkan diriku dari penatnya rutinitas perkuliahan justru menjadi tempat yang memberiku ingatan paling buruk.

percakapan mereka terngiang dengan jelas bahwa aku hanyalah beban bagi keluarga. semua yang mereka lakukan selama ini.

aku tidak tahu kemana arah langkah kaki membawa, hanya mengikuti insting. aku tidak ingin pulang, setidaknya malam ini izinkan aku untuk menetralisir diri.

aku butuh tempat yang tenang. tanpa sadar aku berjalan masuk dan menaiki tangga sebuah gedung, sepertinya tidak terpakai lagi.

hingga akhirnya sampai ke bagian paling atas, terdapat pintu besi yang setengah terbuka. aku melangkah dengan ragu, mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. saat melewati pintu itu, semilir angin menerpa rambutku yang terurai. mataku melihat ke sekeliling, tuhan, semoga aku selamat.

aku mengernyitkan mata, di kejauhan terlihat ada seseorang namun tidak tampak jelas karena jarak. ada seorang perempuan yang sedang menari di tepi rooftop. tidak berani menghampiri, aku terpaku dengan suguhan tarian yang sangat indah. mulutku menganga saking terpesonanya.

aku tidak sadar bahwa tariannya telah berakhir, perempuan itu berteriak dari arahnya “hei, kamu ngapain disitu?”