suasana malam itu hujan deras dengan suara petir menggelegar, membuat siapa saja akan refleks memejamkan mata ataupun bersembunyi dibalik selimut sambil menutup telinga.
“kak skala?” yang dipanggil tidak menyahut, sebuah pertanda yang tidak baik.
karena biasanya, ketika yang lebih muda pulang lebih awal pasti akan disambut dengan pelukan hangat serta tubuh yang bergelayutan seperti koala.
“kak skala? aku udah pulang. sini yuk peluk aku, aku capek sama kangen kakak.”
yang lebih tua mengintip dari balik selimut, menjawab dengan tubuh gemetar, “sweetie?”
“iya kakak sayang, aku disini,” sambil melempar dokumen berisi data klien ke sofa, moon merentangkan kedua tangannya menginstruksikan skala untuk hampiri pelukannya.
dengan pergerakan cepat, skala memeluk moon dengan sangat erat hingga yang dipeluk kesulitan bernapas.
“hey aku nggak bisa napas.”
yang lebih tua terkekeh pelan namun tetap terlihat ketakutan, “aku kangen tapi takut ujan sama petirnya gede banget.”
moon tahu, kesayangannya itu benci hujan deras dan petir. maka dari itu, dirinya berusaha menenangkan.
rambut halus dengan aroma khas favorit moon diusap pelan oleh tangan kanan, sambil jarinya menyisiri tiap helai rambut.
sementara tangan kirinya merengkuh pinggang ramping milik skala, yang ukurannya sangat pas di tubuh moon.
“jangan takut lagi, ya? sekarang ada aku, biar aku temenin kakak.”
skala terus-terusan menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher yang lebih muda, sambil sesekali menyesap aroma tubuh moon. sesekali skala iseng menjilat, mengecup, bahkan menggigit leher moon.
“kakak sayang, udah ya gelii...”
dijawab dengan gelengan kepala secara cepat, seperti anak kecil yang tidak mau melepaskan mainan kesukaannya.
“aku mau kamu.”
“kak, aku bahkan belum mandi. ih mana badanku lengket.”
“gak usah mandi deh, nanti juga kamu keringetan lagi.”
ah, disini moon paham. kekasihnya itu sedang ingin bermain dengannya.
“kalau gitu sebentar, lepas dulu ya pelukannya. baju dinasku kotor habis kontak sama rumah sakit. dibuka dulu, ya?”
pelukan dilepas, akan tetapi tangan moon dicegat dengan cepat saat hendak membuka kancing.
“biar aku yang bantu buka, ya?”
moon biarkan skala melucuti pakaiannya satu persatu. pemandangan yang selalu ia sukai ketika skala sedang needy dan menggodanya dengan gerakan sensual tanpa mengalihkan tatapan matanya dari pandangan moon.
giliran moon membantu membuka pakaian skala hingga keduanya tidak tertutup benang sehelai pun.
“i'm already yours. do something on my body, make me feel your skin and moan your name.”
“such a naughty girl, do you?”
“i'll be a good girl for you, moonie.”
“yes, good girl. do you wanna be sub or dom, sunshine?”
“i wanna be sub.”
setelah itu, moon merapatkan tubuh skala pada tembok dan menciumnya dengan perlahan. sangat lembut hingga rasanya sangat intens.
tengkuk skala ditekan untuk memperdalam ciuman, kecupan, lumatan, serta gigitan kecil pada bibir ranum skala rasanya manis.
tak sampai disitu saja, kini lumatan keduanya semakin dalam, lidah bertemu lidah dan saling menyesap hingga membentuk benang saliva.
moon mencium sembari meremas payudara skala yang nipplenya sudah menegang sedari tadi.
napas keduanya mulai tersengal, moon melepas ciuman demi mengais oksigen yang sedari tadi menipis.
wajah keduanya sangat dekat hingga tak berjarak, moon menempelkan keningnya pada kening skala untuk mengatur napas sejenak.
setelah itu, moon membubuhi tiap bagian wajah skala dengan kecupan manis yang membuat skala menahan diri setengah mati untuk tidak bergerak lebih dulu.
kemudian kecupan itu beralih ke daun telinga, leher serta dua payudara skala.
moon menghisap dan meremas payudara skala secara bergantian. hisapan lembut itu kini menjadi isapan kuat layaknya bayi kecil yang kehausan.
“akhhh sweetie..”
moon suka bermain pada payudara skala karena itu adalah titik sensitifnya. isapan, jilatan, remasan, serta jari-jari moon iseng memelintiri nipple skala.
jika moon tidak berhenti bermain di sana, skala bisa keluar hanya karena nikmat bertubi-tubi yang moon beri pada payudaranya.
moon menginstruksikan skala untuk berbaring pada tempat tidur.
“lebarin kakinya!”
“aku mau liat kakak mainin punya kakak didepanku.”
“sweetie, tanganku nggak cukup buat bikin enak. mau kamu, mau dibikin enak sama kamu.”
“katanya mau jadi good girl? aku suruh gini doang gak nurut? mau bandel? gak mau aku bikin enak?”
“uhm...mau..dibikin enak.. please?”
“ya udah nurut. mainin punya kamu sambil liat aku, jangan mejem.”
skala tetaplah skala. mulutnya berkata tidak, namun jiwanya suka kala didominasi.
dengan perlahan jari telunjuk kiri skala bermain pada clitorisnya. skala meracau, ia biasanya masturbasi kala tubuhnya rindu akan sentuhan moon. namun bedanya kali ini ia lakukan dihadapan sang kekasih, ini poin plus yang membuat area vaginanya mudah mengeluarkan lubrikan alami.
“biasanya kalau desah suka nyebut namaku, nggak?”
“nghh, sweetie. enak banget.”
jari telunjuk skala menggesek vaginanya dengan gerakan lebih cepat. suara becek kini terdengar jelas memenuhi ruangan.
“mmhh sweetie, gerakin cepet ahhh.”
“masukin dua jari nya sambil gerakin cepet.”
jari telunjuk dan jari tengah skala bermain pada lubang vaginanya. keluar masuk dengan cepat hingga telinga moon hanya mendengar suara desahan nikmat serta becek yang dihasilkan dari self service kekasihnya.
“ahhh sayang, iya disitu. gerakin yang cepet.”
“akhh it feels so good sweetie i wanna cum.”
moon sedang mati-matian menahan dirinya yang kini sedang naik. karena demi apapun, skala sangat cantik ketika bermain di depannya sambil mendesahkan namanya dengan seduktif. namun ia dapat pastikan bahwa ketika putih yang skala capai itu hanya awal dari nikmat yang ia rasa.
“keluarin yang banyak biar nanti aku yang bersihin.”
skala semakin dekat dengan klimaksnya, gerakan jarinya semakin cepat hingga tubuhnya melengkung ke atas dan matanya memejam.
“ahhh aku keluar.” tubuhnya bergetar hebat saat mencapai puncak kenikmatan.
cairan skala terus menetes pada vaginanya yang masih berkedut, moon menjilat dan menghisap cairan itu hingga bersih.
moon mendekatkan wajahnya pada skala selagi mengatur napas, “you look so pretty, kak. giliran aku yang bikin kakak enak, ya? you're ready.”
anggukan lemah namun antusias dari skala menjadi jawaban.
kini moon diatas skala dengan posisi scissor. vagina keduanya bertemu dan saling bergesekan. baik moon dan skala menggerakan pinggul mereka. tangan moon diarahkan oleh skala untuk berada pada lehernya.
moon cekik leher skala dengan teknik yang tentu saja aman dan selalu mereka lakukan.
moon dan skala saling bersahutan meracau, pertanda keduanya menikmati tiap friksi pada vagina.
gerakan moon semakin cepat, ia juga melakukan spank pada bokong skala berulang kali hingga berwarna kemerahan.
“akh..”
“enak?”
“sweetie ini enak banget shhhh ak-aku gak kuat.”
ini sungguh nikmat, moon selalu tahu cara membuat skala terbang ke nirwana.
pipi skala ditampar secara bergantian kiri-kanan, moon mencengkeram dagu skala.
“kalau lagi ngewe tuh liat aku, sayang. kalo merem gini aku gak bisa liat mata cantik kamu.”
“ma-maaf swetie.”
gerakan saling menggesek itu sudah mulai berantakan, “keluar bareng ya, kak?”
maka pada seiring gerakan vagina yang saling bergesekan itu keduanya mencapai putih bersamaan.
moon dan skala gemetar serta dipenuhi peluh. tubuh moon ambruk pada pelukan skala.
pipi kemerahan skala serta bekas cengkraman pada leher skala diusap pelan dan dicium banyak.
“aku nampar sama nyekiknya terlalu kuat, ya?”
“enggak, sweetie. you did it so well sampe aku kayak orang gak waras.”
jari moon bermain pada rambut skala sambil menyelipkan rambut skala ke belakang telinga.
“cantik, kakak cantik kesayangan aku.”
“aku sayang kakak yang banyakkk segede bulan.” gestur tangan moon membentuk gerakan melingkar seperti bulan.
skala tertawa pelan, adik kecil kesayangannya itu lucu sekali. pipi moon digigit pelan saking gemasnya.
“ihh kok digigit?”
“abisnya kamu gemes banget pengen aku gigit terus.”
“dasar bucin.”
“eh kamu nggak nyadar apa disini kamu juga bucin aku.”
“bucinan kamu, wlee.”
“bucinan sweetie pokoknya fix valid no debat.”
“yaudah iya tapi tetep gemesan aku, kan?” moon mengerlingkan matanya dengan tatapan menggoda dan meledek.
“iyaa kamu paling gemes deh yang lain lewat.”
“nah gitu dong, ngalah sama yang lebih muda. bersih-bersihnya nanti, ya? aku mau cuddle.”
kepala moon tertidur di dada skala, pelukan keduanya saling mengerat. skala memberi kecupan pada kepala moon.
“love you sweetie.”
“love you too, kak skala.”
• fin.