you broke me first.
milsun one shot au. ⚠️ angst, hurt comfort, cheating, family issue.
sunwoo menggenggam erat ponsel miliknya. sudah sekitar dua puluh menit ia termenung dan menatap luar jendela sejak mendapatkan notifikasi dari sahabatnya, juhaknyeon.
foto itu masih tergambar jelas dalam benaknya. hyunjae bersama wanita lain. pipi hyunjae dicium dengan tangan yang melingkar pada leher kekasihnya. foto mesra itu, mana mungkin sunwoo bisa tetap tenang dan berpikir positif?
air mata yang sedari tadi ia tahan kini menetes perlahan. bagi siapapun yang mendengarnya akan ikut merasakan luka yang disalurkan lewat air mata. diluar sedang hujan, namun jendela dibiarkan terbuka hingga angin kencang membuat kamarnya terasa dingin.
jika dalam keadaan seratus persen sadar, sunwoo akan mengambil hoodie hitam kesayangannya; hadiah dari hyunjae. namun hatinya terlampau kacau, sesak di dadanya pertanda bahwa ia amat terluka.
ditambah lagi, perubahan drastis sikap hyunjae belakangan ini; tidak semanis biasanya. tiada lagi sosok hyunjae yang selalu memberinya kecupan hangat saat hendak berangkat kerja, yang selalu menempelkan sticky note di kulkas dengan kalimat manis dan memberinya banyak afeksi.
memang beberapa hari terakhir sang kekasih pulang larut malam, terkadang pagi buta. sunwoo selalu menanti kedatangan hyunjae di ruang tengah. belakangan ini pun ia tidak bisa tidur nyenyak, dan ternyata memang jadi sebuah pertanda bahwa ada hal buruk yang sedang terjadi.
rasa kecewa, benci, marah, takut, khawatir bersatu padu. sunwoo bersusah payah menetralisir kecewanya agar tidak meledak. sejak awal berhubungan pun, sunwoo telah mewanti-wanti jangan ada kebohongan dalam hubungan keduanya. ia benci kebohongan, terlebih perselingkuhan.
terdengar suara pintu terbuka, menampakkan hyunjae yang pulang pukul tiga pagi. sebetulnya sunwoo masih terjaga. memang sengaja menunggu kedatangan sang kekasih ditambah lagi ia sulit melupakan apa yang mengganggu pikirannya seharian ini.
hyunjae menyimpan tas berisi berkas-berkas kantor. awalnya ingin pulang lebih awal, mengingat bahwa sunwoo sedang libur. namun, saat tiba di parkiran basemen, ia mendapatkan telepon dari wanita yang sempat beberapa kali ia temui secara diam-diam. tujuannya jadi melenceng.
“kamu kok belum tidur?”
“aku gak bisa tidur. kangen kak je.”
hyunjae merentangkan kedua tangannya, mengisyaratkan sunwoo untuk hampiri pelukannya. sunwoo berlari kecil, rindu pelukan hangat sang kekasih. sunwoo perlu waktu, setidaknya ingin merasakan peluk hangat dan kecupan manis hyunjae untuk terakhir kalinya.
sunwoo naik ke atas tubuh hyunjae dengan posisi berdiri. pipi hyunjae dibubuhi kecupan manis bertubi-tubi, membuat sang empunya tertawa kecil. “manis banget kesayangan kakak.” sunwoo tenggelamkan wajahnya pada ceruk leher hyunjae, menyesap aroma tubuh hyunjae yang selalu membuatnya mabuk kepayang.
“kakak mandi dulu, ya?”
“iyaa cepetan mandi jangan lama-lama.”
hyunjae memperagakan gerakan hormat, “siap bos!” sang lawan bicara hanya terkekeh.
sunwoo duduk di tepi ranjang sambil menautkan jari-jarinya. isi kepalanya berisik karena terusik oleh foto yang ia lihat tadi siang. nanti, ia akan minta penjelasan dari hyunjae. kalau betul kekasihnya itu berselingkuh, sunwoo anggap itu sebagai red flag dalam hubungan mereka.
hyunjae keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya, kemudian mengganti bajunya dengan kaos oversize warna hitam dan celana boxer merah favoritnya.
“gimana kerjaan kak je hari ini?”
“lancar kok.”
“kak je sibuk banget, ya? soalnya udah berapa hari pulangnya malem, kalo enggak ya pagi. terus berangkatnya buru-buru banget.”
“maaf ya sayang, ada berkas yang harus diisi sebelum ketemu klien makanya buru-buru.”
“tapi apa seburu-buru itu sampe gak sempet cium aku sebelum berangkat?”
“lain kali kakak cium kamu banyak-banyak ya sebelum berangkat.”
mata bertemu mata, sunwoo ukir senyum manis yang selalu ia beri. andai saja hyunjae sadar, dibalik senyum manis itu ada rasa miris yang sunwoo tutupi.
keduanya merebahkan diri dan saling berhadapan. postur tubuh sunwoo tampak mungil saat bersebelahan dengan hyunjae.
susah payah sunwoo tahan segala amarah juga resah, ia memejamkan mata kemudian menghela napas berat.
hyunjae menyadari bahwa sunwoo tidak tampak baik-baik saja, “kamu kenapa? lagi ada masalah? mau cerita sama kakak?”
demi dunia dan seisinya, sunwoo sedang berusaha mengumpulkan keberanian. sunwoo ingin penjelasan, berharap kalau itu hanya kesalahpahaman—atau keisengan orang yang menggunakan aplikasi edit untuk mengerjainya. ia takut, belum siap untuk kehilangan cintanya, dunianya, segala-galanya. namun, jika terus begini bukankah hanya menyiksa diri sendiri?
“aku boleh tanya sesuatu ke kakak? tapi jawab jujur, ya?”
atmosfer ruangan terasa berbeda, hyunjae mulai merasa takut kalau-kalau sesuatu hal buruk memang terjadi pada yang terkasih.
“mau tanya apa, sayang?”
tangan sunwoo mengepal. tekadnya sudah bulat, demi rasa sakit yang telah hyunjae beri, demi dirinya sendiri. jika memang hyunjae main di belakang, bukankah hubungan mereka tidak lagi seperti sedia kala?
sunwoo mengambil handphone di nakas, dibukanya foto yang menjadi alasannya meringkuk dalam diam dengan isi kepalanya yang berisik sepanjang hari. ia tunjukkan foto itu pada sang kekasih.
“kemarin abis jalan sama cewek? selingkuhan kakak?”
deg. dunia hyunjae rasanya berhenti berputar.
hening.
“diemnya kakak, aku anggap iya sebagai jawabannya.”
tangan sunwoo mengepal erat hingga telapak tangannya memutih. demi Tuhan, ia tidak tahu bahwa patah hati semenyakitkan ini.
“kalau udah bosen dan gak mau lagi bareng aku, bilang aja. sebelum mulai hubungan ini, aku udah bilang kalau aku gak suka dibohongin....”
sunwoo beri jeda beberapa detik. ia menghela napas berat, dadanya sesak bak diberi pukulan keras layaknya samsak. “ralat, bukan cuma dibohongin tapi diselingkuhin.”
namun lelaki yang lebih tua tetap tidak bergeming. hyunjae sadar sepenuhnya akan kesalahan yang dilakukan, maka dari itu ia rengkuh tubuh mungil sunwoo dengan erat, tangisnya pecah. ruang kamar tempat mereka menghabiskan waktu bersama dipenuhi dengan suara tangis.
“kakak pikir aku orang bodoh, ya.. tapi setelah dipikir-pikir, memang iya. aku bodoh karena percaya sama ketulusan palsu.”
“sayang, maaf aku kemarin khilaf.”
sunwoo berdecih, bisa-bisanya lelaki brengsek itu meminta maaf dengan dalih khilaf?
“khilaf? ya tuhan, aku gak habis pikir sama kamu, kak. kamu kayaknya dipenuhi setan ya bisa khilaf dan lupa sama apa yang udah kamu janjiin.”
“aku beneran minta maaf, sumpah demi tuhan aku sayang banget sama kamu, sunwoo.”
“wah berani banget mainin sumpah, aduh pantes aja berani selingkuh.”
pipi sunwoo ditangkup, diusap lembut. sunwoo lihat manik mata hyunjae sarat akan penyesalan. apa gunanya penyesalan kalau sudah bikin hati orang patah?
“kalau kakak pikir aku gak tau, kakak salah besar. perasaan kakak yang udah pudar itu, aku juga bisa rasain. aku milih buat diem, karena aku yakin itu cuma prasangka buruk. ternyata bener, ya.”
sebetulnya sunwoo itu orang paling sabar yang pernah hyunjae kenal. marahnya sunwoo itu diam. makanya sewaktu sunwoo sedang dalam keadaan marah, hyunjae hanya beri jeda waktu bagi kekasihnya untuk menenangkan diri. hyunjae seolah lupa, marahnya orang yang diam itu bisa jadi bom waktu yang dapat meledak sewaktu-waktu.
bagaimana cara untuk mengelak? bagaimana bisa hyunjae mengingkari janjinya? bagaimana hyunjae bisa terbujuk rayuan selain kekasihnya? semua memang salahnya, sunwoo yang sempurna itu ia buat hancur.
“sayang, aku gak menyangkal kesalahan yang aku perbuat. maaf udah buat kamu sedih, maaf karena udah jahat sama kamu.”
andai saja maaf bisa mengubah keadaan seperti semula, sunwoo bersedia dengan lapang dada untuk menerimanya. sunwoo tidak mau lagi kepercayaannya digerogoti oleh perasaan yang terlalu dalam pada orang yang salah.
selama menjalin hubungan, sunwoo memang bukanlah kekasih yang sempurna bagi hyunjae. namun, ia selalu berusaha untuk jadi yang terbaik. ia merasa hidupnya sempurna ketika bersama hyunjae. konflik hubungan mereka tidak pernah sefatal ini, hanya sekedar memperdebatkan apa saja yang perlu dibeli saat belanja keperluan, merebutkan remote tv karena yang satu ingin menonton sinetron sementara satunya lagi ingin menonton pertandingan badminton, atau sibuk berdebat karena berbeda pendapat saat mengomentari kinerja pemerintah.
“hubungan itu yang jalanin dua orang, kak. kalau cuma aku yang bahagia tapi kakak sibuk cari pelarian, buat apa dipertahankan?”
sunwoo akui, ia sangat bersyukur diberi kesempatan untuk mencicipi bahagia dengan orang yang ia cinta. mungkin terdengar hiperbola, namun rasanya seperti dunia sunwoo hanya berporos pada hyunjae.
sayangnya, tidak lagi mulai detik ini hingga seterusnya.
kepala sunwoo pening bukan main. sekelibat kenangan buruk di masa kecilnya muncul. saat itu sunwoo kecil berusia tiga belas tahun menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya saat sang ayah pulang dalam keadaan mabuk dan ketahuan berselingkuh.
pernah dengar kata orang-orang bahwa peselingkuh akan selalu melakukan kesalahan yang sama. mau diberi kesempatan dan maaf beribu kali pun akan selalu begitu. because, cheater always be a cheater.
kedua tangan sunwoo digenggam dengan lembut sembari diusap pelan. hyunjae memohon belas kasih sang kekasih, “jangan pergi. aku gak bisa kehilangan rumahku.”
permohonan itu tidak akan membuat sunwoo goyah. sunwoo sayang dirinya sendiri, he realized, he deserves better.
“kalau memang aku rumah kamu, kenapa diam-diam cari rumah lain? aku itu ibaratnya cuma tempat singgah, yang didatangi sesuka hati kemudian pergi buat cari rumah lain.”
dan untuk terakhir kalinya, sunwoo beri ciuman pada bibir hyunjae. bukan ciuman manis yang biasa saling mereka beri, namun ciuman pilu diiringi tangisan keduanya hingga terasa asin akibat air mata yang mengalir disela bibir.
“jaga diri kakak baik-baik, aku harap suatu saat kakak berubah. cukup aku aja, jangan begini lagi sama pasangan kakak suatu hari. aku gak mau minta maaf karena kali ini aku mau egois, mau baik sama diriku sendiri.” tidak ada kesempatan kedua. karena yang sunwoo tahu, hubungan seperti ini tidak lagi terasa sama.
dengan langkah kaki pasti, sunwoo tinggalkan hyunjae yang sedang menangis hebat.
sunwoo mengirimi hyunjae sebuah pesan.
“lusa aku ambil barang-barang punyaku yang ada di kamar.”
sunwoo lost his lovers, but he'll find himself. keputusan yang tidak akan ia sesali, ia sayang pada diri sendiri.
congratulations for your break up. i'm grateful that you can save yourself for the things that hurt you.
aku mendukungmu. keputusan hebat untuk meninggalkan orang yang tidak memperlakukanmu dengan baik. mereka yang berbuat sesuka hati, seolah kita selamanya akan memberi maaf atas segala khilaf.
tidak apa-apa untuk menangis. tidak apa-apa emosi yang kamu rasakan selalu berubah-ubah. pulih memang perlu waktu. memang tidak secepat laju kereta, namun aku menjanjikanmu sebuah perubahan yang baik bagi dirimu sendiri.
terimakasih, sudah sayang sama diri sendiri.
© themoonkv